Tentang Ibu


Aku ga bisa nulis puitis kek orang-orang, isi blogku biasanya hanya cerita sehari-hari. Jadi jangan berharap menemukan puisi dan sajak indah didalam blog ini. Walaupun judulnya puitis banget, tapi kali ini cuma mau membagikan brain dump seperti biasa, meluapkan emosi dengan menulis cerita. 

Akhir-akhir ini aku kayak lagi belajar jadi ibu rumah tangga (walaupun belum bersuami dan punya anak). Lebih ke mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan segala kerempongan nya. Ya... seharusnya bagi anak perempuan hal ini bukan hal baru, tapi bagiku? ga juga baru sih. Sudah sejak kuliah kayaknya aku mulai mengerjakan pekerjaan rumah harian pribadiku sendiri. 

Udah jangan heran, beginilah kebanyakan gambaran anak perempuan sekarang, lebih ke gadis gadis yang tumbuh besar di kota. Nyuci piring, nyuci baju, ngepel nyapu atau memasak bukan kewajiban anak-anak perempuan, biasanya orangtua mereka sudah menyediakan asisten rumah tangga dirumah untuk membereskan segala hal. Itulah kenapa kebanyakan (gak semuanya) gadis gadis tidak terlalu terbiasa mengerjakan kerjaan rumah, dan suatu hal yang menakjubkan jika melihat gadis yang sangat rajin dan mampu menghandle semua pekerjaan rumah tangga dirumah orangtua nya. 

Sedangkan aku? bisa dibilang salah satu dari gadis tersebut, yang ga terbiasa mengerjakan kerjaan rumah (not until now). Dulu sempet takjub karena menemukan seorang temanku, orangtua nya berkecukupan, ya.. terlihat seperti gadis2 kota yang hobi nongki-nongki cantik, ternyata dia sangat pandai memasak, semua kerjaan rumah dia yang handle, katanya dia bangun jam 4 subuh dan mulai beberes rumah. Aku shock pas tau fakta ini, keren banget pikirku. Soalnya kebanyakan temen-temenku ga ada yang kayak gitu, wkwk.

Selain itu kebanyakan orang-orang memaklumi ketidakmampuan gadis2 di kota menghandle kerjaan rumah apalagi "perempuan bekerja", kata emak-emak yang punya anak gadis: "Gapapa nak, nanti setelah menikah mulai belajar masak ya, mama juga dulu belom bisa apa-apa sebelum nikah, baru belajar setelah menikah" Bener sih, ga ada yang salah. Membesarkan hati anak gadisnya yang belum punya kemampuan mengerjakan kerjaan rumah tangga. Dengan semua alasan-alasan ini maka jadilah lumrah anak gadis yang tidak terbiasa didapur dan sumur. 

Trus?

Bentar

 mikir.

intro aja tuh 😃

Jadi begini ceritanya, sejak lulus koas, jadi lebih agak deket sama dunia emak-emak. Jadi merasa punya urgensi untuk mendalami dunia emak-emak, iya lah.. karena masa depanku seorang emak-emak. Apalagi selama pandemi, lebih banyak kegiatan dari rumah daripada keluar rumah. Jadilah ini waktunya berlatih.

Jadi ibu rumah tangga itu ga segampang yang banyak orang kira, emang ngerjain kerjaan rumah tu semudah itu??? bukan sekedar soal "lelah"nya sih. Walopun aku belom jadi emak-emak, berdasarkan latihan yang sudah aku jalani, kehidupan emak-emak gak semudah yang netizen pikirkan. Kerjaan rumah  tangga sih ga perlu kuliah semua orang bisa - kata orang. Memang sangat mudah berkata-kata, semua orang bisa kalo cuma ngomong. 

Ada sebuah hikmah yang aku tangkap dari semua pekerjaan rumah yang gak tiap hari ku kerjakan itu, wkwk. Selain itu aku banyak menyontoh mamaku dan semua wanita yang menginspirasi disekitarku. 

Sedikit aku merenung,

Seorang wanita yang menikah menjadi istri, mengandung melahirkan mempunyai anak, menjadi seorang ibu. Apakah beliau dibayar untuk mengerjakan semua itu? 

Beberes rumah, merapikan apapun, masak, nyuci, ngurusin anak, suami. Apakah beliau digaji atas jasanya itu?

Belum lagi menjadi tempat keluh kesah anaknya, menjadi penenang hati suaminya, menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Apakah jasa beliau dibayar dengan uang?

Dari sini aku belajar, sebuah keikhlasan

Ga ada tuh namanya perhitungan atas semua pekerjaan yang mereka lakukan. 

mana ada ungkapan "Aku cuma pake piring dan gelas ini untuk makan, jadi cuma ini aja yang harus aku cuci.." 

atau.. "Aku ga ngotorin ini, jadi bukan aku yang harus ngeberesin"

Kalo masak makanan ya masak nya untuk anggota keluarga, bukan masak untuk satu porsi.

Bangun pagi bukan untuk streching dan workout, tapi untuk beberes dan nyiapin sarapan keluarga. 

MasyaAllah.. ga ada ego sedikitpun. Rasanya aku benar-benar tertampar. 

Menjadi seorang ibu rumah tangga tuh bukan sebuah profesi yang bisa dipandang sebelah mata. Mereka sungguh sungguh mulia. Menjadi ibu yang mengenyampingkan keinginan pribadi mereka untuk orang-orang yang beliau kasihi. masyaAllah mulia sekali.

Semoga aku dan byk muslimah didunia bisa menjadi ibu rumah tangga jenis ini. aamiiin.

Udah sih itu aja. wkwkwk
maapin gak puitis.

Comments